Seorang teman menanyakan sebuah pertanyaan simpel pada saya suatu hari :
“Dil, kamu punya keinginan, atau mimpi gtu ga?”
Kalo ditinjau dari pertanyaannya, cuma membutuhkan 1 kata,
tinggal jawab “ya” atau “tidak”
Tapi itu malah bikin aku mikir panjaang banget...
Akhirnya aku menjawab :
“Aku cuma pengen jadi lebih baik dan masuk surga, aku pikir
keinginanku yang buanyaak banget itu ratarata dunya-oriented dan ngedapetin
yang aku inginin di dunia ini cuma ngelegain di awal tapi setelah itu sadar
kalo ternyata bukan ini yang paling aku inginkan”
Sebenernya jawaban itu berasal dari pemikiran ini :
Apakah yang dimaksud teman saya ini keinginan yang
dunya-oriented?
Tapi, keinginan yang dunya-oriented itu pasti berubah dari
hari ke hari, bertambah kualitas dan kuantitasnya, bertambah tinggi level
kesulitan meraihnya, bertambah banyak jumlah keinginan kita, bertambah ga
terkontrol nafsu untuk mendapatkannya...
Semakin memikirkan apa yang saya inginkan, semakin menggali
dan mengingat apa yaa yang belum saya miliki, saya pengen meraih semuanya,
riskan banget kalo sampe jatuh pada menjadikan nafsu sebagai Tuhan, beneran
risikonya kekal...
Saya mikir dan mikir terus, beneran banyak banget kok
keinginan saya itu, gak terhitung banyaknya, tapi apakah dengan mendapatkan
semua itu lantas saya bahagia, jawabannya hampir pasti tidak, kesimpulannya...
Kenapa nggak coba menjalani dunia untuk akhirat?
0 komentar:
Post a Comment