Sepulang menjenguk temen yang sedang dapet musibah, saya
melihat seorang kakek dan seorang nenek, pakaiannya sungguh sangat seadanya, kakek
tadi memegang pundak nenek yang berjalan mendahuluinya, secara kasat mata saja
sudah jelas sang kakek adalah seorang tunanetra,
Karena saya sedang mengendarai motor, menepilah saya, dan
saya keluarkan uang duapuluh ribuan, begitu melihat wajah sang nenek, kedua
matanya juga tak nampak normal, saya yang seorang mahasiswa kedokteran pun
tidak tau, (memangnya mahasiswa kedokteran harus tau yaa?) mata nenek ini kenapa, yang jelas saya
menebak-nebak nenek ini juga tak dapat melihat dengan jelas.
Uang tadi saya sodorkan dan, sang nenek berkata “mau beli
sapu atau sulak?”,
Ya Alloh, sungguh saya terkejut sekali, kedua orang ini
bukan peminta-minta bahkan beliau berdua sedang berdagang, ternyata dagangannya
tergeletak agak jauh dari posisi beliau saat itu, lalu saya bilang, “oh boleh
bu, saya beli sapunya, harganya berapa?, “sepuluh ribu” sahutnya, lalu sembari
memberikan uang tersebut, saya bilang “tapi saya boleh titip sebentar ndak,
saya mau pergi ke bank dulu”. Nenek ini pendengarannya agaknya sudah berkurang,
hingga kakek lah yang menjawab pertanyaan saya “oh ya mbak silahkan”.
Selang beberapa belas menit, saya kembali, dan kakek nenek
masih ada di tempat yang sama seperti tadi, menunggu saya, lalu sang nenek
memberikan saya sebuah sapu, dan sekaligus sebuah kemoceng alias sulak, “bu ini
saya ambil sapunya saja” dan saya sodorkan lagi uang limaribuan pada beliau.
T__T #speechless
0 komentar:
Post a Comment